Oleh : Oleh : Sul Pandri, S.Sos.I
anpa terasa hari raya
idul Adha akan kembali menghampiri kita. Idul Adha disebut juga Idul Qurban
atau hari raya akbar. Disebut hari raya Qurban, karena pada hari itu umat Islam
di syariatkan Allah Swt untuk menyembelih hewan Qurban.
Qurban berasal dari bahasa
arab qarraba, yuqarribu, qurbanan yang artinya berhampir diri dengan Allah Swt.
Pengertian umum yang sering ditafsirkan oleh masyarakat yaitu penyembelihan
berkaitan dengan pelaksanaan dengan cara menyembelih hewan qurban pasca
pelaksanaan Shalat Idul Adha. Kata qurban pada umumnya sudah menjadi bahasa
baku Indonesia sehingga awal Q berubah menjadi awal K. Maka sudah tidak asing
lagi kata qurban diubah menjadi kata “Kurban”. Adha artinya penyembelihan –
penyembelihan hewan qurban, bermula dari perintah Allah Swt kepada nabi Ibrahim
As untuk menyembelih anaknya Ismail As.
jika kita baca sejarah
awal disyariatkannya ibadah qurban sejarahnya cukup panjang. Allah SWT telah
memerintahkan ibadah qurban kepada umat manusia, sejak zaman Nabi Adam AS.
Perintah qurban mulai diperintahkan kepada dua putra Nabi Adam AS, yakni Habil
yang berprofesi sebagai petani dan Qabil seorang peternak. Keduanya diminta
untuk berqurban dengan harta terbaik yang mereka miliki.
Peristiwa qurban dua anak
manusia itu dikisahkan dalam Alquran surat al-Maaidah ayat 27. Allah SWT
berfirman, ''Dan ceritakanlah (Muhammad) kepada mereka kisah kedua putra Adam
(Habil dan Qabil) yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka
diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari
yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!".
Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (qrban) dari orang-orang
yang bertakwa.''
Seiring berjalannya waktu,
perintah berqurban juga diterima Nabi Ibrahim AS. Setelah melalui penantian
yang begitu panjang, Ibrahim akhirnya dikaruniai seorang putra bernama Ismail,
dari istrinya yang bernama Siti Hajar. Ia pun begitu gembira dan bahagia.
Namun, kebahagiaannya memiliki seorang putra, kemudian diuji oleh Allah SWT.
Saat berusia 100 tahun,
datanglah sebuah perintah Allah SWT kepadanya melalui sebuah mimpi. ''...Hai
anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka
pikirkanlah apa pendapatmu..?'' (QS: as-Saffat:102). Dengan penuh keikhlasan,
Ismail pun menjawab, ''...Wahai Ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan
(Allah) kepada mu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang
sabar.'' (QS:as-Saffat:102).
Kemudian, Nabi Ibrahim AS
membawa Ismail ke suatu tempat yang sepi di Mina. Ismail pun mengajukan tiga
syarat kepada sang ayah sebelum menyembelihnya. Pertama, sebelum menyembelih,
hendaknya Nabi Ibrahim AS menajamkan pisaunya. Kedua, ketika disembelih, muka
Ismail harus ditutup agar tak timbul rasa ragu dalam hatinya. Ketiga, jika
penyembelihan telah selesai, pakaiannya yang berlumur darah dibawa kepada
ibunya, sebagai saksi qurban telah dilaksanakan
''Maka tatkala keduanya
telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya),
(nyatalah kesabaran keduanya ). Lalu Kami panggil dia, 'Wahai Ibrahim!'
sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu...'' (QS: as-Saffat ayat
103-104). Ketika pisau telah diarahkan ke arah leher Ismail, lalu Allah SWT
menggantikannya dengan seekor domba yang besar.
''Dan Kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar.'' Atas pengorbanan Ibrahim AS itu, Allah
SWT berfirman, ''Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan
orang-orang yang datang kemudian. Selamat sejahtera bagi Ibrahim. Sesungguhnya
dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.'' (QS: as-Saffat:108-109).
Allah Swt mensyari`atkan
ibadah Qurban kepada umat Islam karena Allah Swt telah menganugerahkan nikmat
yang banyak. “sesungguhnya kami telah memberi kamu nikmat yang banyak, karena
itu dirikanlah Shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah. Statement ini tertuang
pada Q.S Al-Kautsar : 1 -2.
Merujuk pada ayat
tersebut, sampai detik ini Allah Swt tidak henti-hentinya memberikan nikmat
yang banyah pada umat-Nya. Maka pantaslah kita berkorban untuk Allah Swt
sebagai bukti dan tanda terima kasih kepada Allah Swt.
Makna yang tersirat pada
pelaksanaan ibadah Qurban sangatlah banyak. Diantaranya ; Pertama, Wujud rasa
syukur atas karunia dan nikmat Allah Swt. Ibadah Qurban merupakan salah satu
wujud rasa syukur atas karunia dan nikmat yang diberikan Allah Swt kepada umat
Islam. Rasa syukur tersebut diwujudkan dengan cara menyembelih hewan Qurban,
kemudian dibagikan sebagian kepada fakir miskin dan kaum kerabat. Selain wujud
rasa syukur kepada Allah Swt, seorang hamba Allah Swt juga menumbuhkan nilai
dan semangat solidaritas sosial dalam bentuk berbagi dengan kaum fakir –
miskin.
Kedua, Memupuk semangat
rela berkorban. Walaupun ibadah Qurban hanya disyari`atkan pada hari raya Idul
Adha, akan tetapi semangat berqurbanharus tetap dijaga oleh setiap muslim.
Setiap muslim harus rela mengorbankan sebagian harta, pikiran, tenaga, waktu
dan bahkan jiwanya dijalan Allah Swt. Untuk mewujudkan itu semua di butuhkan
semangat rela berkorban.
Ibadah Qurban bukan hanya
berhubungan dengan Allah Swt akan tetapi juga berhubungan langsung dengan
manusia. Salah satu bentuk ibadah Qurban yang berhubungan langsung dengan
manusia dapat dilaksanakan berupa menolong umat Islam yang sedang dilanda
musibah. Ibadah yang dilakukan seimbang antara ibadah individu dengan ibadah
sosial, terkadang ibadah sosial lebih tinggi nilai pahalanya dibandingkan
dengan ibadah individu. Ibadah sosial dengan berbuat kebaikan untuk orang lain
dan masyarakat akan dapat menutupi kekurangan ibadah individu.
Karena ibadah
ritual/individu itu mengenai qolbu seseorang, sedangkan ibadah sosial
bersentuhan dan berhubungan langsung dengan masyarakat luas. Seperti peduli
terhadap korban bencana alam yang acap kali melanda negeri kita. Pengorbanan
yang seperti ini merupakan bukti nyata pengorbanan umat Islam melalui
pengorbanan harta, tenaga, pikiran untuk meringankan beban umat Islam yang
sedang ditimpa musibah.
Ketiga, Qurban juga
menempah kita untuk memperoleh kesuksesan hidup. Untuk memperoleh kesuksesan
hidup juga dibutuhkan pengorbanan. Manusia diciptakan Allah Swt, bukan untuk
memperoleh kegagalan akan tetapi untuk memperoleh kesuksesan, baik sukses di
dunia maupun sukses di akhirat. Manusia hanya dihadapkan kepada dua pilihan,
memilih jalan untuk sukses atau malah memilih jalan kegagalan. Apapun harus
rela dikorbankan demi tercapainya kesuksesan hidup. Bagi orang yang enggan
untuk berkorban maka orang tersebut akan memperoleh kegagalan.
Keempat, Qurban
mengajarkan kita untuk bersikap dermawan, tidak tamak, rakus dan serakah.
Kurban mendidik kita untuk peduli dan mengasah sikap sosial. Seseorang tidak
pantas kenyang sendirian dan bertaburan harta, sementara banyak orang
disekitarnya yang membutuhkan bantuan dan uluran tangan. Rasulullah Saw juga
menegaskan dalam Hadis Riwayat Bazzaar, “Tidaklah beriman kepadaku orang yang
dapat tidur dengan perut kenyang sementara tetangganya kelaparan, padahal dia
mengetahui.”
Kelima, secara simbolis
qurban mendidik kita untuk membunuh sifat-sifat kebinatangan. Dan di antara
sifat kebinatangan yang harus kita kubur dalam-dalam adalah sikap mau menang
sendiri, merasa benar sendiri dan berbuat sesuatu dengan bimbingan hawa nafsu.
Manusia adalah makhluk yang sempurna dan utama. Akan tetapi, jika sikap dan
tingkah lakunya dikuasai oleh nafsu, maka pendengaran, penglihatan, dan hati
nuraninya tidak akan berfungsi. Jika sudah demikian, maka manusia akan jatuh
derajatnya, bahkan lebih rendah dari binatang, sebagaimana Allah terangkan
dalam Al Qur’an Surat Al A’raaf ayat 179.
Keenam, Qurban
mengingatkan kita agar senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai harkat dan
martabat kemanusiaan. Digantinya Ismail dengan seekor domba menyadarkan kita,
bahwa mengorbankan manusia di atas altar adalah perbuatan yang dilarang Allah
Swt. Ibadah yang kita lakukan harus menjunjung tinggi dan menghormati hak-hak
manusia. Bahkan hewan qurban yang akan kita sembelih pun harus diperlakukan
dengan penuh kasih sayang. Karena itulah, maka perbuatan semena-mena, keji,
kejam, mungkar, dzalim dan lain sebagainya adalah perbuatan yang dibenci dan
dilarang oleh Islam. Dalam pandangan Islammembunuh manusia tanpa dasar yang
dibenarkan syari’at, sama kejinya dengan membunuh seluruh umat manusia,
demikian yang dijelaskan Allah dalam Qur’an Surat Al Ma’idah ayat 32.
Keenam makna Qurban
tersebut dapat kita lihat pada kehidupan nabi Ibrahim As. Nabi Ibrahim As,
begitu tega mengorbankan anaknya yang sebelumnya merupakan anak yang di
tunggu-tunggu keberadaan dan kelahirannya. Dengan segala keikhlasan dan kasih
sayang Ibrahim As merelakan anaknya untuk di sembelih, sesuai dengan perintah
Allah Swt. Namun Allah Swt maha pengasih dan maha penyayang tidak bermaksud
untuk mengorbankan manusia untuk diri-Nya. Tanpa sepengetahuan nabi Ibrahim As
anaknya Ismail As yang hendak diqurbankan sudah diganti Allah Swt dengan seekor
hewan Qurban.
Hari raya Qurban tidak
bisa dilepaskan dari sosok nabi Ibrahim As, sebab sebagaimana telah di jelaskan
di awal bahwa sejarah Qurban berawal dari nabi Ibrahim As dan anaknya nabi
Ismail As. Oleh karena itu melalui pelaksanaan ibadah Qurban kita dapat
meneladani nabi Ibrahim As dan anaknya Ismail As dengan mengaktualisasikan
makna ibadah qurban dalam kehudupan.
Penulis : Aktif pada
Program Pemberdayaan Masyarakat & Sekretaris PC Muhammadiyah Sungai Aur.
Sumber : Kompassiana.com