Oleh :
Bayu Setyo Nugroho
Bagi manusia,
belajar pada hakikatnya menjadi sebuah kebutuhan. Manusia butuh belajar agar
dia bisa menadayagunakan seluruh potensinya sehingga bermanfaat bagi kehidupan
diri dan lingkungannya. Dalam Islam, belajar menjadi sesuatu yang wajib
dilakukan secara terus menerus oleh seorang manusia sepanjang hayat, dalam
rangka menjalankan tugas-tugas kekhalifahannya. Aktifitas belajar memungkinkan
manusia menciptakan tata kehidupan dunia yang beradab yang menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan.
Belajar adalah proses usaha yang dilakukan oleh
seorang manusia untuk menjadikan segala apa yang dihadapi dan dialami sebagai
sumber pengetahuan dan memanfaatkannya untuk mengembangkan kedewasaannya. Apa
yang dihadapi dan dialami itu bisa saja berupa tulisan, peristiwa, pengalaman
dan sebagainya.
Dalam hal ini saya teringat penafsiran Ki Manteb
Soedarsono terhadap peribahasa Jawa, “urip iku
mung mampir ngombe” (hidup hanya sekedar mampir minum). Manteb
memaknai kata “ngombe” (minum)
ini sebagai proses belajar. Yang harus “diombe”(diminum)
menurut Manteb ada tiga hal, yaitu “ngelmu” (ilmu), “pangerten”(pengertian) dan “lelakon” (pengalaman). Dengan “ngombe ngelmu” kita akan
mendapatkan pengetahuan, dengan “ngombe
pangerten” kita akan mendapatkan kesadaran, dan dengan “ngombe lelakon”kita akan mendapatkan
hikmah.
Masyarakat pembelajar adalah masyarakat yang
memiliki semangat, kesadaran dan tradisi untuk terus mencari, menemukan dan
menciptakan pengetahuan. Pengetahuan itu dicari, ditemukan dan diciptakan oleh
masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang lebih berkualitas.
Desa Dermaji memiliki impian untuk mewujudkan
masyarakat pembelajar seperti itu. Untuk meralisasikan impian itu, Pemerintah
Desa Dermaji telah membuat beberapa langkah awal, yaitu dengan pendirian museum
desa dan perpustakaan desa. Langkah awal ini bisa dikatakan cukup strategis.
Museum desa adalah cara dari masyarakat Desa
Dermaji untuk mengelola pengetahuannya. Museum desa yang berisi benda-benda
teraga yang pernah digunakan oleh warga masyarakat Desa Dermaji dalam
mempertahankan hidup, sesungguhnya sarat dengan nilai dan makna. Benda-benda
koleksi yang ada di Museum Naladipa Desa Dermaji tidak bisa hanya dilihat
sekedar sebagai benda-benda semata. Tetapi di dalam benda-benda itu ada denyut
nadi kehidupan masyarakat Dermaji. Dalam benda-benda itu ada sejarah
perkembangan masyarakat Dermaji. Dalam benda-benda itu juga tersimpan
kearifan-kearifan lokal yang pernah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Desa
Dermaji.
Demikian juga dengan perpustakaan desa. Langkah
pendirian perpustakaan desa ini juga cukup strategis. Perpustakaan desa
didirikan dalam rangka membuka akses pengetahuan yang lebih luas kepada
masyarakat.
Namun dua langkah tadi barulah langkah awal. Tentu
masih banyak langkah-langkah lain yang harus dilakukan. Tetapi saya yakin
dengan adanya kerjasama dari semua elemen masyarakat Desa Dermaji, impian
mewujudkan masyarakat pembelajar bisa dilakukan.
Penulis adalah Kepala Desa Dermaji Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas***
Sumber :
https://bayunugroho.id/mewujudkan-masyarakat-pembelajar-menuju-desa-hebat/