Kader-kader
HMI umumnya bisa bergaul dengan berbagai pemeluk agama yang berbeda-beda; tidak
memiliki beban bergaul dengan mazhab-mazhab; atau sekte-sekte yang ada di
berbagai agama dan kepercayaan; bisa menerima berbagai perbedaan-perbedaan
pandangan politik, falsafah hingga ideologi politik yang berbeda-beda.
Faktanya, kader-kader HMI ada di semua partai politik, bisa berkunjung ke
berbagai belahan dunia, termasuk ke cina yang komunis, ke israel yang yahudi,
atau mampir ke vatikan, pusat dari katkholikhisme internasional, tentu saja
kader HMI bisa melaksanakan umroh ke tanah suci mekah, tanpa berprasangka buruk
terhadap wahabisme; dan tidak sedikit yang belajar ke negeri para Mullah, Iran
yang di kenal sebagai pusat peradaban Persia yang bermazhab syiah.
Jika
pun, ada seorang, dua orang yang ditemukan nampak tampil berprilaku radikal dan
mendukung radikalisme, coba di dalami lagi, apa betul pribadinya seperti itu,
atau lah hanya "memanfaatkan" situasi itu untuk kepentingan
pribadinya.
Rahasia
dibalik Sikap Inklusivitas Kader-kader HMI
Sikap
terbuka (inklusive), tasamuh, (toleran), memghormati perbedaan-perbedaan telah
menjadi tradisi di HMI. Tradisi ini tidak serta-merta ada, dan menjadi ciri
dari kader HMI. Tapi melalui serangkaian proses pembelajaran, pendidikan, training-training
di internal HMI.
Pada
setiap training tersebut, senantiasa disampaikan, agar setiap kader-kader HMI
mengenali, lima ciri dari kualitas Insan Cita HMI.
Pertama; kualitas insan akademis;
Kualitas
insan akademis ini hanya mungkin di capai jika seorang kader HMI cinta kepada
ilmu pengetahuan. Para trainers di HMI selalu mengingatkan bahwa ilmu pada
hakikatnya semua berasal dari Allah. Apapun yang diketahui manusia, itu berasal
dari Allah. Demikianlah Al-Quran menyampaikan bahwa Allah mengajari manusia
apa- apa yang tidak di ketahuinya. (Allamaal insana malam ya'lam- surah al-alaq
ayat 5). Ayat ini sejalan dengan apa yang terdapat dalam surah al-Baqarah;
"waallama adam al asmaa kullaha", dan Allah mengajari Adam, nama-nama
segala sesuatu".
Demikianlah,
kader-kader HMI di anjurkan untuk "membaca", 'iqro', apa saja. Baik
yang tertulis, maupun yang tidak tertulis. Sehingga buat kader-kader HMI tidak
yang namanya "buku terlarang" untuk di baca. HMI tidak mengenal
pembedahan ilmu sekuler, atau ilmu non sekuler, tidak peduli siapa yang menulis
sebuah buku, apa agama, atau ideologi penulisnya, baca saja semua!. Dengan
banyak membaca itulah, kader-kader HMI memiliki 'kamus' dengan kosa kata yang
banyak, tersimpan di dalam memori mereka. Dengan kosa kata yang banyak itulah,
kader kader HMI mampu berdebat, berdialektika, menyusun aneka perspektif dalam
menganslisis sesuatu, sehingga, muncul kader-kader yang tidak terkooptasi oleh
suatu paradigma tertentu, atau satu paham tertentu saja. Dengan kosa kata yang
banyak dan senantiasa bertambah dari aktifitas belajar, membaca, menulis,
berdiskusi, berdebat, dan seterusnya itulah muncul sikap-sikap kritis,
analitis, dan mampu melakukan komparasi-komparasi serta berbagai metode lainnya
dalam memutuskan suatu perkara. Dengan "iqro", HMI tidak mengenal
kata "taklid, dalam tradisi intelektualitas mereka.
Yang kedua; insan pencipta;
Para
trainers HMI, senantiasa menyampaikan bahwa Allah swt itu menciptakan segala sesuatunya
dengan tiga sifat utamanya, Al-Iradat (kehendak) Al-Azis (Kuasa) dan al-Mizan,
atau al-Adl (keseimbangan atau keadilan).
Manusia
sebagai hamba Allah, tentu mesti mempelajari sifat-sifat Allah, agar dapat
menerapkan sifat-sifat tersebut dalam diri-pribadi mereka masing-masing.
Kreatif,
inovatif, itulah karakter dan ciri insan cita HMI yang kedua, yang
penafsirannya disandarkan kepada tiga sifat utama Allah diatas.
Ketiga, insan Pengabdi.
Ciri
ketiga dari kualitas insan cita HMI adalah insan pemgabdi. Mengabdi kepada
siapa ? Tentu mengabdi kepada Allah. Inilah sesungguhnya doktrin utama kenapa
kader-kader HMI itu memiliki karakter independensi yang berbeda. Sikap tunduk,
taat, patuh hanya kepada Allah, menegaskan tidak adanya ketundukan, kepatuhan,
ketaatan kepada selain Allah. Ketundukan kepada selain Allah adalah perbudakan
oleh dan dari sesama makhluk. Sesuatu yang tidak saja di tentang oleh Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, tapi juga oleh sejumlah konvensi internasional.
Itulah sebabnya kader-kader HMI yang memahami dengan baik kualitas insan
pengabdi ini, tidak mudah "diperalat" oleh siapapun. Tentu beda
halnya jika tidak memahami kualitas insan pengabdi ini.
Keempat, insan yang bernafaskan Islam.
Ciri
dari kader HMI yang keempat, adalah bahwa kader HMI dimanapun, senantiasa
menjaga diri agar dapat hidup dengan damai, selamat. Damai atau selamat ini
arti kata dari Islam. Jadi, kader HMI mesti senantiasa hidup dalam damai, dan
menyebarkan kedamaian, dan perdamaian dimanapun berada.
Kelima;
insan yang bertanggungjawab; dengan semangat, nafas Islam yang cinta damai,
kader-kader HMI dimanapun, juga mesti senantiasa siap bertanggungjawab. Jika
diberi amanah, jangan menghindar, terima dan laksanakan amanah tersebut, dengan
"nafas islam".
Kesimpulan;
Kader-kader
HMI itu kader yang bertauhid. Mengedepankan sikap tauhid yang inklusif; kader
HMI tidak terikat oleh satu mazhab pemikiran, falsafah, sekte atau aliran
apapun. Diatas segala pengabdiannya hanya kepada apa yang dianjurkan Allah dan
Rasul-Nya. Namun demikian, kader HMI itu tidak diajari membenci siapapun, sebab
itu kader HMI tidak akan bermusuhan dengan mereka yang berpegang kepada mazhab,
atau sekte tertentu dalam agama apapun. Dalam skala ekstream kader HMI akan
berkata :lakum dinukum, waalyadiin.
Acang
- Depok, 5 oktober 2019
Disalin
dari WAGroup Kahmi Sumedang